Di Tan Son Nhat International Airport, Ho Chi Minh City kami ditemui Dat, our local tour guide yang akan menemani selama di sini. Sayangnya pengucapan bahasa Inggris Dat tidak mudah untuk dimengerti, butuh konsentrasi penuh apalagi guide yang ini banyak bicaranya, lain dengan Hieu yang di Hanoi, cukup informatif and speaks very good English.
Sementara menunggu waktunya check in ke hotel, Dat menyarankan memulai tour ini ke Notredame Cathedral dan General Post Office yang berseberangan jalan.
Bangunan-bangunan ini merupakan peninggalan Perancis pada masa kolonial dan hingga kini masih terawat baik dan difungsikan sesuai namanya. Banyak turis yang datang ketempat ini lalu mengirim post card atau surat ke negara asal mereka, walau dalam kenyataannya dunia maya telah menggeser kegiatan ini. Jadi kesimpulannya, mereka mengirim surat atau post card karena keunikan gedung Post Office ini bukan karena kebutuhan mengirim surat. Hati ini lalu bertanya, “Mengapa Indonesia tidak bisa melakukan hal yang sama dengan gedung-gedung kuno?”
Kegiatan di dalam Post Office ini memang didominasi oleh turis, jarang warga lokal memanfaatkan jasa pos. Tempat ini menjual suvenir, postal service, penukaran uang hingga penjualan First Day Cover.
Ho chi Minh City merupakan nama yang digunakan setelah usai Perang Vietnam, bagi kota Saigon. Nama Saigon sendiri diberikan oleh Vietnam Emperor pada saat pertama singgah di Delta Mekong dan Ia melihat didaerah yang yang kemudian menjadi kota Saigon itu, banyak terdapat pohon Mangga [Sai] dan Cotton [Gon].
Namun penduduk kota ini sendiri lebih sering memakai nama Saigon ketimbang Ho Chi Minh City, berbeda dengan penduduk di Hanoi yang selalu menggunakan nama HCM City.
Vietnam terdiri dari 54 ethnic group serta banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Cina karena lamanya pendudukan Cina dan lalu diikuti masa 380 tahun Vietnam Emperor dimana sebagian masa kerajaan ini hidup berdampingan dengan aneksasi Cina. Sampai kemudian masa penjajahan Perancis selama 70 tahun dengan 10 tahun terakhir diwarnai perlawanan dan perang. Setelah kemerdekaan diproklamirkan Ho Chi Minh, Perancis masih menolak menyerahkan tanah jajahannya hingga kekalahan Perancis dari Vietminh ( cikal bakal Vietcong ) pada 1954 di Dien Bien Phu. Karena pengaruh komunis bertambah luas di daerah utara kemudian negara ini terbelah menjadi 2 bagian sejak 1954 yang menurut perjanjian akan diakhiri dengan penyatuan kembali pada 1956. Bagian Utara dibawah pemerintahan komunis dengan nama Democratic Republic of Vietnam yang didukung Cina dan Rusia dengan bagian Selatan dibawah pemerintahan Perdana Menteri Ngo Dinh Diem dukungan Amerika Serikat. Namun pada 1955 Ngo Dinh Diem mengadakan referendum dan menjadi Presiden Republic of Vietnam hal ini berlanjut dengan keterlibatan negara lain hingga menjadi Perang Vietnam selama 20 tahun dengan korban 4 juta jiwa. Pada perayaan Tet 31 Januari 1968, 80 ribu Vietcong masuk dan menyerang lebih dari 100 kota dari DMZ hingga Mekong Delta yang dikenal dengan Tet Offensive, walau serangan ini gagal namun hal ini cukup mengejutkan pihak Vietnam Selatan. Hingga kemudian pada tanggal 30 April 1975 sebuah tank angkatan perang Vietnam Utara menerobos pagar istana mengakhiri perang ini. Usainya perang kemudian diikuti masa isolasi hingga 1994. Isolasi ini diakhiri dengan pencanangan gerakan Doi Moi pada 1986 yaitu membuka diri terhadap dunia luar. Doi Moi sendiri berarti reformasi ekonomi.
Dengan latar belakang seperti ini, tentu terlihat banyak pengaruhnya terhadap masyarakat Vietnam.
Reunification Palace merupakan tujuan berikutnya setelah makan siang. Nama Reunification Palace menggantikan nama Independence Palace untuk memperingati penyatuan kembali kedua Vietnam pada 1975. Tempat ini menyimpan dokumentasi saat bergolaknya Perang Vietnam hingga jatuhnya pemerintahan Vietnam Selatan ke tangan Vietcong. Tempat ini menyuarakan pandangan Vietnam Utara tentang masa 20 tahun Perang Vietnam, cenderung propaganda malah. Menjadi menarik karena dalam beberapa hal kita dapat mendengar sudut pandang berbeda dari yang ada di media yang mungkin saja membawa sudut pandang Amerika dan Vietnam Selatan. Yang mana yang benar? Rasanya naif sekali kalau kita melihat secara hitam putih siapa yang benar siapa yang salah. Karena ini dunia politik Bung! Bisa jadi masing-masing pihak memutarbalik fakta dan tidak dapat dipungkiri adanya kamuflase terhadap esensi setiap tindakan mereka. Tapi satu hal yang tidak dapat dihindari adalah jatuhnya 4 juta korban jiwa, belum lagi yang luka hingga cacat. Rasanya pemahaman bahwa perang membawa penderitaanlah yang harus menjadi perhatian.
Istana ini memiliki arsitektur khas pada façade nya dengan mengambil bentuk Bamboo sebagai acuan. Jendela yang besar membuat sirkulasi ruangan menjadi sejuk. HCM City memiliki iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau. Lain dengan Hanoi yang tidak pernah mengalami banjir, di sini kerap terjadi banjir terutama didaerah tengah dan selatan. Hal ini disebabkan Hanoi yang secara kontur lebih tinggi juga sungai besar di Vietnam berhulu di Hanoi dan sebagian berhilir di Delta Mekong.
Selain melihat ruang-ruang yang ada dalam istana ini, juga terdapat museum dokumentasi situasi politik dan pemerintahan pada masa Perang Vietnam.
Dari mobil Presiden Vietnam Selatan, Pesawat tempur, Tank yang menyerbu ke istana hingga alat komunikasi dan spionase. Dibasement terdapat jaringan tunnel yang terdiri dari beberapa level, kami hanya diperbolehkan turun satu level. Menurut Dat, jaringan terowongan ini berujung pada 3 pintu keluar yaitu China Town, Kedutaan Amerika dan Saigon River.
Selanjutnya dilanjutkan dengan kunjungan ke War Museum yang mulai dibuka bagi umum pada 4 September 1975. Museum ini menyimpan dokumentasi serta benda yang berhubungan dengan perang yang terjadi di Vietnam.
Museum ini terbagi atas 8 tematic termasuk the aftermath of wars dan imprisonment system.
Dalam perjalanan kembali kami turun dari van di Cho Ben Thanh yang merupakan pasar segala macam, dari pasar basah yang menjual ikan, daging, sayuran, baju hingga souvenir.
Keesokan harinya berupa kunjungan ke Cuchi Tunnel yang terdiri dari jejaring terowongan sepanjang 200 km dalam 3 level kedalaman. Terowongan ini merupakan tempat tinggal dan persembunyian para Vietcong di daerah Vietnam Selatan selama 1960-1975. Didalam terowongan ini terdapat tempat tinggal, dapur, sekolah, rumah sakit darurat, logistik pakaian, alas kaki dan amunisi hingga tempat pertemuan untuk menyusun serangan.
Uniknya para penggali terowongan memakai sistem sel dan merupakan penunjuk jalan pada bagiannya. Jadi satu sama lain saling merahasiakan lokasi bagiannya dan mereka tidak pernah keluar untuk berperang. Sehingga pada saat para penyerang kembali ke terowongan ia akan diantar oleh si penggali yang mengenali terowongan bagiannya hingga tiba pada bagian lain ia akan menyerahkan prajurit itu kepada orang yang menggali bagian tsb. Sehingga resiko tertangkapnya prajurit tidak akan membongkar jaringan terowongan dan bila salah satu penggali tertangkap hanya akan membahayakan terowongan bagiannya saja. Ukuran terowongan itu sendiri sangat sempit dan berliku serta memiliki jaringan interkoneksi yang sangat rumit.
Dalam area yang sama terdapat shooting area sabagai entertainment area. Disini dapat mencoba membidik sasaran dengan beragam senjata dari AK 47, M16 hingga Machine gun dengan amunisi yang dibeli perpaket.
Kembali ke HCM City yang berjarak 70 km dari Cuchi untuk makan siang kemudian dilanjutkan ke Cho Binh Tay yang merupakan pasar terbesar di China town area. Cina di Vietnam merupakan keturunan pendatang dari Guangdong, Teochiu dan Fukien.
Waktu bebas kami pergunakan untuk keliling berjalan kaki dari Cho Benh Thanh, Le Loi Ben Nghe str, Opera House, Nguyen Hue str hingga Dong Khoi str. Di salah satu art shop diujung Dong Khoi str aku jatuh hati pada sebuah lukisan yang menggunakan pisau palet menggambarkan suasana di pantai yang kotor dengan gubuk reot ….ach 300USD masih bisa ditawar koq…….. sampai sekarang lukisan itu masih jelas di benak ku bahkan detailnya masih terasa nyata.
Menyeberang di HCM City merupakan pengalaman tak terlupakan oleh sebab tingkat ketegangan yang ditimbulkan. Dari belajar menyeberang sendiri membuahkan kesimpulan kalau kali pertama masih butuh bimbingan, kali kedua mulai belajar triknya dan kali ketiga sudah expert. Kiatnya adalah, pada saat menyeberang gunakan kecepatan yang konstan sehingga pengendara dapat memperkirakan dari mana ia akan memotong jalur penyeberangan kita, dari belakang atau dari depan. Secara mereka ( baik motor maupun mobil dan bus ) yang datang seperti rombongan lebah, tidak akan berhenti membiarkan kita menyeberang memotong laju jalan mereka, jadi mereka akan terus meliuk kebelakang atau didepan kita. Kurasa suvivor persimpangan jalan di sini sudah lolos klasifikasi Fear Factor.
Mekong Delta, My Tho dan Ben Tre Province
Kurasa Sungai Mekong merupakan sungai yang biasa saja bagi orang Indonesia, hanya yang luar biasa adalah bagaimana mereka dapat menjualnya dengan cara menyediakan atraksi sederhana di pulau kecil diperairan ini seperti mencoba buah eksotis ( rambutan, dragon fruit, manggis dan jeruk bali ) di Turtle Island yang berpenduduk 300 orang, dengan iringan alat musik tradisionil yang dimainkan oleh keluarga pengelola saung tersebut. Di tempat lain melihat peternakan lebah madu yang dikelola dihalaman rumah penduduk. Namanya halaman rumah penduduk hanya memiliki dua kotak yang masing-masing berisi 2 lembar sisir sarang…..hah… Di pulau yang lain ditunjukan daun pandan, kelapa yang lalu diparut dan disantan kemudian dimasak dengan gula…..voila…coconut candy. Proses ini dijual sebagai atraksi turis. Dat agak kecewa melihat kami biasa-biasa saja pada saat ditunjukan daun pandan dan kelapa karena biasanya turis bule akan terkagum-kagum…..hah…hah… Mengapa kita tidak terpikir untuk membawa turis bule melihat proses pembuatan dodol? Atau masakan ketupat yang dimulai dari proses mengambil janur? Atau Lemang Bambu yang dibakar? Atau merangkai janur?
…………….Pada saat makan siang di resto terbuka dipinggir sungai, seorang juru masak dikerumuni pengunjung, setelah didekati, nyatalah bahwa turis pengunjung kagum dengan adonan tepung ketan yang digoreng sambil disiram-siram dengan minyak hingga mengembang hingga diameter 12 cm. Masaoloh……..gitu aja….. Sekali lagi aku kagum dengan ide menempatkan penggorengan dan kompor di tengah pengunjung bukan didalam dapur, sehingga resto yang masakannya amburadul dan pelayanannya jelek ini masih dikunjungi banyak orang. Sekadar informasi salah satu hidangan kebanggaannya adalah ikan gurame goreng ( yang sudah dingin!! ) dihidang dipiring yang dipenuhi daun-daunan lalab dengan ikan yang sudah dingin tadi disangga berdiri memakai lidi yang dibungkus daun bawang. Istimewanya adalah cara makan yang diajarkan… daging ikan diambil lalu dibungkus dengan kulit lumpia vietnam bersama sedikit daun….dicocol kecap……..yaks…
Malam terakhir kami menyusuri pedagang makanan disepanjang jalan disamping Cho Benh Thanh, menyusuri plaza luas di depan Cho Benh Thanh.
Di pelataran ini setiap sore hingga malam penuh dengan aktifitas dari Taichi, Sepak Takraw, keluaga muda yang membawa anak mereka bermain hingga kelompok-kelompok yang bermain semacam shuttlecock yang dilambungkan dengan bagian dalam mata kaki lalu di sambung lawannya dengan cara yang sama.
Esok pagi saatnya mengakhiri perjalanan ini dan kembali via Singapore….
Chuc Mung Nam Moi….. Happy New Year
Hi, lg google ttg vietnam eh.. ketemu situs web kamu…jd boleh kan sekalian nanya ttg HCM..soalnya bln Sep- Okt mau pergi kesana..
1. Kamu ke HCM pake tour yah? Tournya apa? Berapa hrgnya? Saya travelnya anggarn agak tipis gitu…
2. tukar usd ke vnd dimana?
Terimakasih yah…bantuannya…